Batasan Kebebasan
Hidup, memilih kehidupan itu ada kebebasan. Tetapi dalam kehidupan ada batas-batas. Tidak ada kehidupan ini tanpa batas. Oleh karena itu jangan melampauhi batas.
Kita hidup di dunia dibatasi dengan kematian. Ada usia yang membatasi. Bahkan segala yang ada di dunia ini ada batas usia, batas edar (exspired).
Dalam penggunaan kebebasan. Memiliki efek positif atau negatif. Memiliki efek konstruktif (ada kebaikan) atau destruktif (ada kerusakan).

Kalau kita tahu batas-batas, akan selalu dalam konstruktif kebaikan. Jika melampui batas, akan terjadi destrukstif.
Seperti: manusia bebas memilih pasangan hidup (suami atau istri), tetapi setelah memilih ada batasan norma agama ataupun budaya. Ada batasan tanggungjawab masing-masing. Hidup tak seenaknya sendiri tanpa batas.
Fiqih agama: haram, makruh, dan mubah adalah sebagai batas-batas. Kita bebas beragama, tetapi secara keseluruhan agama adalah batas-batas. Batas itu adalah “menjalankan perintah dari Allah SWT, dan ma jauhi/tidak melakukan atas segala larangan dari Allah SWT”, bertaqwa.

Dalam firman “Segala yang diperbuat oleh manusia, kelak akan dipertanggungjawabkan masing-masing“.
Oleh karena itu, perlu selalu belajar kebenaran batasan. Apa yang diprintaNya, dan apa yang dilarangNya. Proses. Dalam hal itu, diiringi berdoa agar selalu mendapat hidayah (petunjuk) dari Allah SWT.
Lebih kurang itu yang dibicarakan jum’at malam (10/02/2023). Dalam acara “halahah” Via daring (dalam jejaring). Dibina Prof. KH. Abdul Wahid Maktub. Semoga bermanfaat…aamiin YRA.
(GeSa)