Buku “Senja Keemasan Peter A.Rohi” Kado dari Amang Mawardi untung sang sahabat

Surabaya, Apenso.id // Nama Peter A.Rohi, pria kelahiran NTT 14 Nopember 1942 dan wafat pada bulan Juni 2020, memang menggores kenangan emas bagi komunitas jurnalis dan budayawan.

Bukan saja karya-karya jurnalistiknya yang sering menjadi perhatian nasional, bahkan internasional, namun juga prinsip hidupnya yang kokoh dan sangat bersahaja.

Mantan anggota KKO AL (Marinir) ini memilih berkarir sebagai wartawan, dan memperdalam ilmu jurnalistiknya di Akademi Wartawan Surabaya (sekarang Stikosa-AWS). Tulisannya dikenal lugas, dengan investigasi yang mendalam.

Di akhir masa hidupnya, Peter menjabat sebagai Redaktur Pelaksana di harian “Suara Indonesia”, setelah sebelumnya koresponden Harian Sore “Sinar Harapan” (kemudian berganti nama menjadi Suara Pembaruan).

Peter juga menulis banyak buku, antara lain “Soekarno Sebagai Manusia”, “Ayah Bunda Bung Karno”, “Natuna Kapal Induk Amerika” dan beberapa lagi.

Peter juga dikenal sebagai penelusur jejak Soekarno dan salah satu tokoh yang memperjuangkan sebuah rumah di Jl. Pandean Surabaya sebagai rumah kelahiran presiden RI pertama itu.

Sebagai wartawan legendaris serta tokoh pers nasional dan dikenal baik oleh banyak tokoh nasional, ia memilih tinggal di bilangan kampung pelosok yang sempit di daerah Kampung Malang, Surabaya dan bergaul akrab dengan tetangga sebagai mana warga kampung biasa.

Kekaguman terhadap kiprah Peter A.Rohi itu menggugah kreatifitas wartawan senior Amang Mawardi untuk menulis serial tulisan.

“Saya mulai nulis tepat dua hari setelah Peter meninggal. Saya tulis tiap hari dan saya up load di Facebook. Dan tak terasa sudah 20 judul tulisan. Setelah di upload tiap hari di medsos tersebut, ternyata banyak teman dan sahabat yang meminta agar tulisan serial tersebut dibukukan” kenang Amang Mawardi, mantan wartawan harian Pos Kota, yang juga sudah menulis 17 judul buku.

Kata Amang, buku “Senja Keemasan Peter A.Rohi” sebenarnya sudah terbit secara terbatas pada bulan Nopember 2021. ” Karena alasan pandemi Covid 19 yang berkepanjangan, buku ini baru di launching tahun ini. ” Ungkap Amang Mawardi.

Menurut Lutfi Hakim, Peter sangat menjaga integritasnya sebagai wartawan dan sangat layak diikuti oleh generasi jurnalis sekarang yang cenderung pragmatis, malas melakukan investigasi berita.

Hengki Kurniadi memandang,Tugas wartawan salah satunya mencerdaskan sehingga perlu wartawan yang memiliki ldedikasi tinggi dan ideali.

Jurnalis : Kris