Dalam Etika Bisnis Jangan Praksis
Oleh: Gempur Santoso
(Dosen UMAHA Sidoarjo)
Bisnis atau kewirausahaan harus beretika. Artinya etika harus memiliki nilai-nilai moral, memiliki norma-norma positif, berakhlak mulia. Sesuai nilai-nilai agama ataupun budaya.
Bisnis wajib tidak praksis. Artinya dengan segala cara dilakukan hanyalah keuntungan duwit (harta) semata. Termasuk amoral, bisnis tipuan, dan sebagainya, yang penting dapat duwit semata. Itu jangan sampai terjadi.
Sebagai orang beragama. Berkeyakinan bahwa hidup tak di dunia saja. Nanti setelah mati pun hidup lagi pada kehidupan akhirat. Sebagai orang bertaqwa menyakini untuk selalu mejalani perintah dan menjahui (tidak melakukan) larangan dari Allah SWT.
Dalam bisnis, kejujuran sangat penting. Sebab ketidakjujuran akhirnya pun akan menyakiti orang lain. Tipuan adalah ketidakjujuran. Bohong adalah ketidakjuran. Bila anda kena tipu akan sakit hati, maka jangan menipu orang lain. Oleh karenanya “kejujuran” adalah etika dalam bisnis.
Menghalalkan dengan segala cara. Haram pun diterjang. Kalau bisa mecuri pun dilakukan. Menipu pun dilakukan. Demi harta. Itu adalah tak beretika alias praksis. Merugikan orang lain. Merugikan diri sendiri, tak dapat amalan bekal untuk hidup selanjutnya.
Bisnis dilakukan saling kerjasama (sinergi), untuk kepentingan hidup bersama. Bisnis bukan bersaing bersama (kompetisi) sebab akhirnya terjadi “bermusuhan dalam selimut”, saling menjatuhkan demi kemenangan persaingan.
Bisnis harus pandai menjual (marketing). Perlu belajar menjual. Tentu dalam menjual pun harus jujur. Beretika dalam bicara dan berprilaku. Bukan praksis asal laku.
Bisnis bukan pandai membeli, itu akan kosumtif. Juga menjadi boros. Sebab bisnis merupakan keuntungan melipatgandakan modal uang dengan cara menjual barang dagangan atau jasa.
Selamat berbisnis, jangan praksis.
(GeSa)