Derajat Sama Nasib Beda

Hampir tiap hari naik mobil online. Dari rumah ke kampus, sambang cucu, ke mana-mana. 

Mobil online pasti ada sopirnya. Berbagai macam orang. Saya sebagai pendengar baik, ketika sang sopir bercerita. Cerita apa saja.

Selama hampir dua tahun ini. Naik mobil online. Kesimpulan sementara dari bebagai sopir, bahwa mereka sadar kalau tingkatannya (derajatnya/takdirnya) adalah “sopir”.

Ada yang dulu sopir truk, kini sopir mobil online. Dulu sopir mobil box, kini sopir mobil online. Dulu sopir mobil bus kini sopir mobil online. Ada yang dulu sopir taxi, kini sopir mobil online. Dan, macam-macam tetap sebagai “sopir”.

Menjadi sopir online adalah pekerjaan bagus. Mulia. Halal. Tidak diperintah “juragan”. Juga dinikmati, disyukuri. Secara ajaran agama “pandai menyukuri nikmat, akan diberi Tuhan lebih banyak lagi kenikmatan”.

Derajatnya “sopir”, tatapi mendapat rejekinya berbeda. Atau nasibnya berbeda.

Cerita sopir mobil online. Ada yang tak henti-hentinya (hp/handphone bunyi terus) ada orang yang pesan mobil online. Begitu menurunkan penumpang. Langsung sudah ada panggilan lagi orang pesan mobil online.

Ada pula. Yang sepi penumpang. Sepi orang ngebel (pesan). Setengah hari baru mendapat satu penumpang. Dan, macam-macam sepi tak mendapat penumpang.

Lha…derajat sama “sopir”, tetapi mendapat rezeki (nasib) berbeda.

Mengapa seperti itu? Ada keyakinan bahwa “nasib bisa berubah ditentukan orang (kaum) itu sendiri”.

Ada pula yang pasrah pada Yang Pencipta Manusia “rezeki, jodoh, pati (wafat) adalah hak Yang Maha Kuasa”. Yang penting nyopir, melayani penumpang, pasrah, rejeki berapapun diterima. 

Kepasrahan sopir online. Tak pilih-pilih penumpang. Tak pilih-pilih jauh-dekat, mahal atau murah. Tujuannya membantu melayani penumpang sampai tujuan. Katanya “rezeki sudah ada yang ngatur, yakni Allah SWT”.

Keyakinan orang beragama Islam. Bahwa ada “qodo” artinya Yang Maha Kuasa sebelumnya sudah memberikan orang itu sebagai/menjadi apa, sebelum jadi manusia di alam dunia.

Juga “qodar“. Artinya adalah aplikasi “qodo“. Jadi qodar itu sama dengan “derajat” manusia. 

Dan “nasib” adalah tergantung dari orangnya.

Sopir adalah sebagai qodar, atau derajat, atau tingkatan menjadi apa. Sama-sama derajatnya “sopir” tetapi nasibnya berbeda.

Semoga kita diberikan derajat yang tinggi, dan nasibnya bagus, dan sehat selalu…aamiin yra.

Oleh: Gempur Santoso