DIALOG GARENG PETRUK (DIGARUK) : DEMOKRASI TANPA TAJI
Oleh : Kris Mariyono
Director of Jurnalism Apenso Indonesia
Demokrasi tanpa taji
Bagaikan roda tak beruji
Timpang tiada bermakna
Berjalan tertatih, tabrak aturan
Kepatutan, bukan lagi batasan
Bungkam suara kebenaran
Tuk raih cita di atas derita
Diantara orang yang paham demokrasi
Demokrasi tak bertaji, jadikan negeri tirani
Merambah pranata berbangsa dan bernegara
Hanya sekelumit doa mujarab
Terucap dari insan yang berbudi luhur
Semoga demokrasi negeriku kembali bertaji
Kang Gareng dengan tegap membacakan puisi karyanya tanpa ragu, tanpa basa-basi dengan lantang di depan Bagong dan Petruk.
“Kata-katamu satir Kang, semoga tidak membuat luka di hati hahaha..” ujar Bagong sembari tersenyum.
“Kapal penisi berlayar ke pulai Tahiti, dengan puisi semoga bisa membuka hati. Semoga petinggi negeri yang menyeret demokrasi ke jurang kenistaan segera sadar hahaha..” ungkap Petruk sembari menatap tajam Kang Gareng.
“Sudahlah kita sabar saja, biarlah penguasa tertinggi negeri mau membuat hijau atau hitam bahkan merah demokrasi biarkanlah, nanti ada pertanggungjawabannya dia menanam dia menuai,” tandas Kang Gareng penuh deplomasi.
“Ya.. Kang, saya dan Petruk hanya orang kecil.. percil.. hanya bisa mencicil.. mau bicara demikrasi ee demokrasi ya percuma agak vokal urusannya tambah besar, hahaha..” ujar Bagong penuh deplomasi.
“Kripik dicampur kue talam, lebih baik diam.. aman.. diam itu emas ya.. biar tambah kaya,” ucap Petruk penuh ekspresi.
“Memang lebih baik bersabar dan diam agar tetap seger waras,” pungkas Kang Gareng.
🌸🌸🌸