DIALOG KANG GARENG – PETRUK (DIGARUK) : ATAU, ATUA
Oleh : Kris Mariyono
Director of Jurnalism Apenso Indonesia
Apenso.id – Kata singkat, bukan singkat kata. Hanya terdiri empat huruf berawal A berakhir U. Memiliki makna alternatif, namun tetap sensitif. Meski bukan kata aktif, bisa jadi kata inovatif. Arahkan ambisi negatif, raih nilai positif. Ragukan sikap hakiki, rebut kepastian. Terkemas dalam aturan, liarkan prasangka. Terucap dalam kalimat, gemparkan ilusi. “Tetap usia 40 tahun ATAU bisa kurang jika menjabat Kepala Daerah”. Itulah kebijakan, sebagai produk yang bijak ?
Mari kita renungkan, jika masih bingung. “Mari kita bertanya kepada rumput yang bergoyang”.
Kang Gareng merasa plong seusai membacakan puisi karya Bagong yang berjudul “Atau” meski tidak terlalu panjang juga tidak pendek, namun memiliki makna yang dalam dan bukan makjum, makti, maktun.
Kang Gareng merasa puas memahami puisi yang bernafaskan satire mengenai kebijakan pimpinan tinggi negeri dalam menyikapi kondisi perpolitikan dalam negeri.
“Gong saya pikir dengan kata “Atau” terdapat indikasi keraguan pimpinan tinggi negeri di bidang hukum dalam menentukan kebijakan. Itu sangat bahasa eee bahaya,” ungkap Kang Gareng tanpa basa-basi.
“Pak Polisi sadar ikut perang, dengan puisi siapa tahu bisa menyadarkan orang yang kurang sadar hahaha… Gong, bagong hallo puisimu menyengat,” tandas Petruk sembari tersenyum.
“Ya.. semoga lewat puisi pengambil kebijakan di negeri Karangkedempel Merdeka mampu bercermin diri dan menyadari kekeliruannya. Kalau merasa keliru. Kalau tidak ya tidak salamah eee masalah, yang penting kita sudah mengingatkan,” terang Bagong yang merasa gembira puisinya di apresiasi Kang Gareng dan Petruk.
“Kepiting dimasak dengan keningar, yang penting suara kita didengar dan Kang Gareng sebagai Pejabat Teras Tinggi Negeri harus memperjuangkan terjadinya tindakan yang sepatutnya dari Pimpinan Penguasa Negeri,” jelas Petruk penuh semangat.
“Setuju Truk, kita wajib meluruskan yang tidak lurus, mematutkan apa yang tidak patut karena dengan indikasi kata “Atau” keluarga Pimpinan Puncak Utama Negeri ada upaya menjadikan keluarganya menjadi Pejabat Teras Tinggi Negeri. Ya.. itu baik-baik saja, tapi harus dengan koridor yang betul..tul…hahaha,” ujar Kang Gareng diwarnai tertawa kecil.
“Ya.. Semoga puisi “Atau” tidak menjadi Uata ..hahhaha. Biar kuat kalau tidak ya dibawa angin lalu dan berlalu. Suara puisi hanya ilusi, meski tidak basi dan bisa bawa orang demontrasi, bisa demo masak dan kenaikan harga rumput yang kadang kita sering bertanya kepada rumput bergoyang,”Ungkap Bagong sambil memegang dagunya yang mulai berambut.
“Atau, Uata”, kata ini telah menyeruak mayapada seperti penyanyi dangdut yang sedang naik daun dengan lagu “Bergoyang Yuk Bergoyang. Bersama-bersama artis papan jati Herniawati..”,” pungkas Kang Gareng yang berlari mengejar Petruk yang sedang menuntun kudanya.
🌸🌸🌸