DITENGARAHI PERBUDAKAN


Oleh: Suryadi
Director of Education Apenso

Pada abad 19 kalau di AS timbul kesadaran Abraham Lincoln dkk untuk menghapus sistem perbudakan. Kalau di China timbul kesadaran Deng Xiao Ping untuk melakukan reformasi di China dari sistem ekonomi komunis menjadi sistem ekonomi kapitalis tetapi sistem pemerintahannya tetap sistem komunis/partai tunggal.

Sejak Deng Xio ping berkuasa penerapan hukuman mati bagi koruptor tanpa pandang bulu. Banyak elite partai komunis China yang terbukti korupsi dijatuhi hukuman mati. Indonesia orde reformasi mirip keadaannya dengan di AS pada abad 19.

Kalau di AS saat itu sistem politiknya dikuasai oleh elite politik pro perbudakan sejak George Washington berkuasa. Munculnya Abraham Lincoln dan kawan-kawan yang anti perbudakan merupakan antitesa kubu G.Washington. Kesadaran baru mawas diri timbul dari Abraham Lincoln dan kawan-kawan membentuk lapisan sosial baru untuk merubah sistem politik yang pro perbudakan menjadi pro anti perbudakan.

Dengan dihapuskannya perbudakan AS bisa membuat negara menjadi efisien sehingga mampu bersaing dengan negara-negara di Eropa. Pada saat itulah sebagai cikal bakal AS menjadi negara super power. Dengan kesadaran baru Abraham Lincoln dan kawan-kawan akhirnya mereka bisa menumbangkan kekuatan pro perbudakan diganti sistem baru anti perbudakan.

Indonesia saat ini sistem politiknya dikuasai oleh oligarkhi dan pemburu rente. Masalahnya adakah elite politik yang memiliki kesadaran baru yang bertaubat untuk meninggalkan oligarkhi dan pemburu rente bersama rakyat untuk menumbangkan sistem politik di era reformasi diganti dengan sistem politik yang pro rakyat agar negara bebas korupsi,efisien sehingga mampu bersaing dengan negara asing.

Jika Indonesia tidak mampu bersaing dengan negara asing di era Pasifik, maka rakyat hanya akan menjadi penonton pengerukan kekayaan alam oleh pihak asing. Rakyat tidak akan dapat memperoleh kesejahteraan sebagaimana mestinya. Indonesia alamnya kaya raya. Jika masih banyak rakyatnya yang miskin, bukan rakyat yang malas bekerja. Ini karena sistem politik yang sedang berjalan.

Ahli sosial mengatakan kemiskinan seperti yang terjadi di Indonesia saat ini dinamakan kemiskinan struktural. Bukan kemiskinan alam. Siapakah yang berani memulai untuk mengganti sistem politik saat ini yang tidak pro rakyat diganti dengan sistem politik yang pro rakyat? Itulah sebenarnya masalah mendasar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Bukan kita ribut saling berkelahi sesama anak bangsa karena masalah dukungan kepada salah satu Capres yang sedang menebar pencitraan masing-masing.

Sesama anak bangsa jangan sampai ikut larut fanatisme berlebihan dengan para Capres yang akan berujung konflik horisontal. Darah rakyat sudah lama dihisap oleh oligarkhi dan pemburu rente. Semoga di tahun politik ini rakyat tetap memiliki kesadaran tinggi tidak mudah diadu domba demi kepentingan politik yang sempit.***