Dunia Tempat Ujian, Waspada
Apenso.id – Hidup di dunia ini ujian. Ujiannya apa? Yakni menyikapi yang menyakup harta, tahta, dan wanita/pria.
Sikap utama adalah kekuatan. Kekuatan memiliki harta (kaya) atau tidak memiliki harta (miskin). Kekuatan menahan diri untuk tidak mencuri, tidak korupsi, dan sejenisnya. Kekuatan untuk mengamankan diri untuk tidak memakan harta haram, atau memakan makanan tidak halal. Semua harus diterima secara ikhlas. Diberi kaya disykuri, diberi miskin pun tetap sabar. Menyikapi apa saja terkait harta secara ikhlas.
Tahta atau jabatan. Itu pun harus disikapi secara “kuat” tidak berebut atau rebutan. Tahta disikapi secara kuat sebagai “amanah” (dapat dipercaya) untuk mengemban. Dengan menyuap dan segala cara untuk mendapatkan tahta/jabatan adalah sikap yang tak lulus ujian di dunia.
Suap dan segala cara merebut Tahta, itu sikap sia-sia, tiada amal, untuk bekal ukrowi (akhirat). Kita sebagai manusia yang yakin dan percaya bahwa hidup tak di dunia saja, tetapi juga akan hidup kekal di akhirat. Untuk menuju akherat perlu bekal yakni amalan saat hidup di dunia.
Oleh karena itu, diberi jabatan apun. Atau, tak menjabat apapun. Semua itu harus diyakini bahwa itu semua rencana kehendak dari Allah SWT.
Wanita/pria. Kekuatan pria tergiur pada wanita bukan istrinya. Kekuatan wanita tidak tergiur pada pria bukan suaminya. Tentu itu wanita/pria yang sudah muncul libodo-nya. Kekuatan untuk tak tergiur bukan pasangannya adalah ujian di dunia ini.
Apabila kuat menerima ujian itu, maka akan ditingkatkan keutamaan nasibnya. Terdapat firman yang artinya “segala hal yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia pasti akan diuji”.
Oleh karenanya semua diberikan oleh Allah SWT harus dinikmati dan syukuri. Kuncinya: sabar, kemudian tawakal (menerima), dan ikhlas.
Lebih kurang itulah yang dibahas saat acara dialog atau sharing “Halaqah” via online daring (dalam jejaring), jum’at malam, diprakarsai Prof. K. H. Abdul Wahid Maktub.
(GeSa)