HANDPHONE ERGONOMIS
Oleh : Gempur Santoso
(Dosen Umaha Sidoarjo)
Bangsa kita cenderung menjadi sasaran pasar. Konsumtif dalam segala produk.
Agar memiliki mindset konsumtif. Oleh para marketing yang dipilih adalah model “merasa gengsi”. Bila tidak model baru. Diisukan masuk sebagai jadul (jaman dulu), kuno, ketinggalan jaman, tidak canggih dan lain-lain. Membuat masyarakat menjadi gengsi.
Sebaiknya pilihan membeli produk itu “butuh dan fungsi”. Tetapi ” takut” dianggap miskin, kuno, jadul dan sebagainya. Dibentuk menjadi “merasa gengsi”.
“Gengsi” ini mengarah pada “pamer”. Karena pamer (riya‘), bagaikan membeli radio mewah dan mahal padahal telinganya tuli. Nah… timbul ” pamer”, telinga tuli kok beli radio. Jelas tidak bisa mendengarkan suara radio. Hanya “gengsi” saja.
Begitu pula. Saat ini. Membeli handphone (HP). Mode baru layar besar, flip, atau slop.
HP model baru itu, sangat mahal. Harga jutaan rupiah. Bahkan puluhan juta. Untuk “gengsi daripada fungsi”. Walau murah memori rendah pun harus yang model baru.
Kok begitu? karena HP sekadar untuk mainan daripada fungsi komunikasi dan sebagai alat produk sesuatu lainnya.
Dari segi ergonomis pula. HP berbetuk layar lebar. Harus dioperasikan dengan kedua jari kedua tangan. Jelas lebih melelahkan dibanding HP yang kecil, cukup satu jemari tangan, satu tangan.
Selain itu, HP bentuk kecil cukup dioperasikan jemari tangan lebih aman (save). Sebab, bentuk ergonomis adalah apabila dipegang satu tangan, digenggam, akan ketemu (dempuk) ujung jari tengah dengan ujung ibu jari. Itu menjadi rapat, aman, tak mudah jatuh saat digenggam, dan cukup dioperasikan dengan satu tangan, tidak perlu dua tangan. Hemat tenaga sehingga tak mudah lelah.
Semoga kita mengadakan alat untuk diri sendiri, dapat menyamankan diri sendiri pula, dan sesuai fungsi. Bukan gengsi.
Salam sehat untuk semua…aamiin YRA.
(GeSa)