HIRARKI PENGENDALIAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Oleh : Gempur Santoso
(Gubes Ergonomi dan K-3, Teknik Industri, Umaha Sidoarjo)
Penggunaan alat pelindung diri (APD) itu pilihan terakhir, bila pengendalian yang lain tak bisa dilakukan. Pengendalian yang lain itu apa? Yakni pengendalian sumber paparan (pejanan), bisa pula pengendalian pada media penghubung paparan itu.
Mengapa APD menjadi pilihan terakhir? Karena menggunakan APD menjadikan risih, tidak modis, bisa jadi menjadikan iritasi kulit bila kotor dan lama digunakan.
APD untuk debu namanya masker. APD bau gas kimia namanya respirator pakai katalis. APD telinga dari paparan bising namanya ear plug atau ear maf. Dan lain-lain.
Pengendalian merupakan cara agar tak terjadi kecelakaan dan tak terjadi kesehatan tenaga kerja terganggu (menurun).
Secara umum, terdapat pengendalian K-3 (keselamatan kesehatan kerja). Pengendalian itu merupakan hirarki pengendalian K-3. Diawali dengan cara eliminasi, artinya mengurangi paparan sehingga sampai sesuai nilai ambang batas (NAB).
Apabila eliminasi sulit dilakukan, selanjutnya bisa dengan cara substitusi. Arti substitusi adalah penggantian bahan yang tak beracun tetapi fungsi sama. Atau, diganti dengan bahan tak berbahaya (membahayakan) fungsi sama.
Kadang mengalami kesulitan menemukan bahan untuk substitusi. Maka, pakai hirarki pengendalian selanjutnya yakni rekayaya (re-design). Di desain ulang proses produksinya. Desain ulang sistem produksinya. Agar tidak mengalami keracunan ataupun membahayakan.
Apabila desain ulang pun tak bisa dilakukan, maka hirarki selanjutnya pakai pengendalian administrasi. Misalkan di pabrik semen bagian pengaduk (mesin mollen). Jelas paparannya debu. Target organ debu adalah paru-paru. Maka, tenaga kerja tidak boleh terus-terusan bekerja di bagian mollen. Disesuakin NAB. Maka harus dipindah (rolling) di bagian lainnya yang tak berdebu. Agar tak terjadi kerusakan paru-paru tenaga kerja.
Apabila tenaga kerja mengalami sakit karena pekerjaannya. Maka, itu disebut penyakit akibat kerja (PAK). Walau PAK ada kompensasi, tetapi terlanjur sakit. Itu harus dihindari. Dan dibutuhkan penjadwalan kerja secara administrasi.
Termasuk lembur. Akan overload dan overtime. Maka, perlu dikendalikan secara administrasi. Kapan masih boleh lembur, kapan sudah tidak boleh lembur. Itu secara administrasi perlu dijadwalkan. Bila tidak, lembur terus-terusan, maka akan terkena PAK.
Pengendalian pilihan terakhir adalah menggunakan APD. Itu dilakukan apabila pengendalian cara lain sudah tidak bisa.
Semoga semua selalu sehat dan selamat… Aamiin YRA.
(GeSa)