KAPAN BERFIKIR ?
Oleh : Gempur Santoso
Tumbuh, punya naluri, dan berfikir, semua itu ada pada manusia. Lengkap.
Tiga sifat itu tidak semua ada pada mahluk lain. Pepohonan hanya bisa tumbuh. Binatang hanya punya sifat tumbuh dan naluri.
Sebagaimana ayat yang artinya “yang membedakan makhluk manusia dan makhluk lainnya adalah akal”. Kita tahu berfikir adalah menggunakann akal. Bahkan bila manusia kehilangan akal dikatakan ” tak masuk akal” atau “gila” atau “tak waras”.
Kita sering berfikir. Sering memikirkan sesuatu. Berfikir itu apa?.
Kita berfikir ketika ada masalah. Orang sering bilang dalam hidup ini masalah tak perlu dicari tetapi datang sendiri. Ada saja masalah hidup ini. Datang dengan sendirinya.
Masalah itu apa?
Masalah merupakan kesenjangan harapan dengan kenyataan yg ada. Dalam bahasa Ilmiah ada gap das-sain dengan das-sollen.
Harapan punya duwit tapi kenyatan tak punya duwit. Ada gep harapan dan kenyataan. Maka, mulai berfikir cara mendapatkan uang yg halal.
Misal lagi harapan bisa makan ada yang dimakan tapi kenyataan tak ada makanan. Nah itu ada gep/kesenjangan. Maka, mulai berfikir cara agar bisa membeli/pengadaan makanan yg halal.
Dan, lain sebagainya timbul masalah dalam kehidupan. Masalahnya sendiri bukan masalah orang lain.
Mengakal untuk mendapat solusi atau jawaban atau cara menyelesaikan kesenjangan harapan dengan kenyataan, itulah berfikir.
Jika harapan punya duwit tetapi duwit ada. Jelas tak ada gep. Tak ada kesenjangan. Tak ada masalah. Akhirnya tak perlu dipikir.
Jika lapar perlu ada yg dimakan tapi makanan halal sudah ada. Tentu itu tak ada gep. Tak ada kesenjangan. Tak usah dipikir lagi, sudah ada.
Dan lain-lain.
Tentu saja kita berfikir untuk diri kita dan atas tanggungjawab kita. Berfikir bukan untuk diluar tanggungjawab kita. Tidak berfikir ngambrak (neluas) ke mana-mana.
Jadi berfikir terjadi apabila kita tahu masalah dan mencari solusi/jawaban yg jitu.
Semoga kita selalu bisa berfikir, dan sehat lahir batin….aamin YRA.