Ketergantungan Membuat Tak Merdeka
Oleh: Gempur Santoso
Apenso.id – Negara semua negara termasuk Indonesia menghendaki berdaulat – mandiri. Bung Karno (Ir. Soekarno) sebagai proklamator kemerdekaan juga Presiden RI pertama, di dalam konsep kemandirian adalah berdikari.
Konsep kemandirian itu, sangat memungkinkan karena sumber daya alam (SDA) negeri ini melimpah. Tinggal sumber daya manusia (SDM)-nya harus mampu mengelola SDA, sehingga sangat mungkin kebutuhan ekonomi kita terpenuhi secara mandiri.
Konsep berdikari itu akan terwujud bila SDM mampu membuat sendiri. Tidak sedikit-sedikit import. Kita tahu terlalu banyak import membutuhkan devisa. Terlalu banyak (uang) devisa untuk import akan melemahkan uang dalam negeri (rupiah).
Kalau menilik jaman dahulu. Masyarakat leluhur bisa membuat minyak klentik sendiri, mampu membuat gula sendiri, mampu pengadaan beras sendiri, dan lain-lain. Mengapa kemandirian rakyat tak dikembangkan?
Saat ini, masyarakat semakin tidak membuat sendiri. Jika kurangan sembako, nampak konsep import digunakan. Rakyat dibentuk menjadi konsumtif. Nampaknya import menjadi konsep oknum untuk mendapatkan keuntungan pribadi/kelompoknya.
Tentu saja kebanyakan import akan melemahkan rupiah dan masyarakat semakin mengalami ketergantungan.
Bahkan ada perlakuan semakin dibuat ketergantungan Indonesia kepada asing. Wacana dosen import, dokter import, dan lain-lain tergulirkan.
Sampai ada kejadian Dekan Fakultas Kedokteran dipecat, gara-gara menolak dokter asing. Padahal dokter produk dalam negeri pun memiliki keahlian yang berkompetensi.
Semakin memainkan import asing, tampak kita semakin mengalami ketergantungan. Bila semakin tergantung akan semakin tidak maju. Kita tahu kalau mengalami ketergantungan akan semakin boros, mahal, dan memperkecil makna kemerdekaan.
(GeSa)