KLEPTOKRASI TIDAK ERGONOMIS
Oleh: Gempur Santoso
Kletokrasi arti harfiah adalah penguasa negara oleh pencuri. Atau, pemerintah oleh pencuri. Dikuasi koruptor. Penuh kebohongan. Bisa jadi “penjarahan aset negara” berpura-berpura pula demi rakyat.
Kleptokrasi merupakan sumber korupsi. Bukan miliknya digunakannya. Ujung titik korupsi adalah kleptokrasi.
Dalam dunia bisnis. Melakukan korupsi termasuk tidak memiliki etika. Tidak etik dalam berbisnis.
Beretika bisnis sangat memegang moral. Norma-norma moral. Norma-norma agama maupun budaya.
Koruptor, maling, copet, perampok, ngetit, ngutil, dan lain-lain sejenisnya. Itu adalah bukan miliknya dengan caranya seolah miliknya.
Begitu pula suap, “uang pelicin” juga merupakan kelakuan tak memiliki etika. Jelas di dalam agama “mereka yang disuap dan yang menyuap, sama-sama dosa”.
Penyalahgunaan kewenangan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Biasanya menggunakan slogan pribadi “Kalau bisa dipersulit mengapa harus dipermudah”. Itu mindset koruptor menjaring “uang pelicin”.
Sebaiknya kita tidak lakukan perbuatan amoral itu. Kita harus bermoral. Berakhlak. Memiliki akhlakul karimah.
Kleptokrasi itu tidak ergonomis. Karena mengakibatkan gerakan yang tidak alamiah. Menjadi gerakan yang tidak fair. Menjadi gerakan terpaksa. Tidak seimbang antara kemampuan sebenarnya dengan yang dilakukan.
Semoga negeri kita tidak terjangkit kleptokrasi. Negeri yang damai sejahtera, adil dan makmur…aamiin yra.
(GeSa)