KODRAT ITU GIVEN

Oleh: Gempur Santoso

Tampak kodrat itu given. Adanya begitu. Bisa juga karakter. Begitulah yang dimiliki. Terima apa yang ada.

Orang tua, menjadi kakak, menjadi adik dan lain-lain. Begitulah adanya. Tidak bisa memilih. Allah SWT telah memilihkan. Terima dan syukuri.

Hadist “segala sesuatu diberikan Tuhan pada kita hurus disyukuri, bersyukur menikmatinya, dan Allah akan menambah kenikmatan yg lebih banyak bagi yang pandai bersyujur”.

Kita dilahirkan menjadi anak nomor berapapun, itu given. Menjadi anak tunggal, itu pun given. Kodrat. Adanya begitu. Tak bisa memilih. Allah SWT sudah memilihkan.

Kodrat sebagai kodar tinggal dijalankan. Mengapa? Karena Tuhan telah memberikan catatan (garis hidup) kodo’ sebelumnya.

Bila tak menerima kodrat pemberian Allah SWT. Tentu akan kesulitan, akan terombang-ambing. Akan kehilangan jati-diri.

Contoh ringan saja. Sudah tua di kodrat berambut putih. Kok tak bersyukur, tak terima. Jelas menjadi repot dan keluar biaya: menyemir, menyemirkan. Kalau telat nyemir rambut, menjadi putih pangkal rambut, hitam ujung rambut. Harus nyemir rambut lagi, tak boleh telat. Bila telat nyemir, rambut menjadi putih hitam, belang bintang. Menjadi repot sendiri.

Paling tak repot adalah menerima kodrat anugrah dari Allah SWT. Nyaman saja, menjadi tenang saja.

Yang sulit itu, korat yang tak tampak. Kodrat hidup. Kodrat hidup kita sebagai apa. Atau, menjadi apa. Agar tahu, perlu tahu rambu rambu yang hurus dibaca (iqro’) secara alamiah.

Apabila sulit mekakuan iqro’. Kita berbuat ikhlas saja. Apapun lakukan ikhlas saja. Menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan, harus ikhlas aja.

Kita seharusnya tahu bahwa hasil dalam kodrat adalah hak Allah SWT. Hak manusia sebatas “menanam dan merawat” – menanam kebaikan. Kita bersyukur mendapat kodo’ dan dalam aplikasi kodrat yang positif. Bukan dikodratkan menjadi yang negatif.

(GeSa)