OLIGARKI BUKAN DEMOKRASI
Oleh: Gempur Santoso
Oligarki dari bahasa Yunani “oligarkhía” berarti “aturan oleh sedikit”. Dari kata “olígos” berarti “sedikit”, dan “arkho” berarti “mengatur atau memerintah”. Bisa dikata oligarki adalah bentuk struktur kekuasaan dimana kekuasaan berada di tangan segelintir orang.
Segelintir orang berarti tidak banyak orang. Stuktur orangnya tidak banyak. Stuktur orang yang tak banyak itu mampu menguasai kekuasaan. Jelas tak demokrasi, karena tujuan utama oligarki adalah menguasai kekuasaan. Menguasai kekuasaan “dengan segala cara”, bisa jadi mengabaikan norma budaya maupun norma agama. Regulasi dibuat untuk kepentingan penguasaan ulah segelintir orang.
Demokrasi merupakan konstitusional dengan mekanisme kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan negara dan penyelengaraan pemerintahan berdasarkan konstitusi. Demokrasi sangat terbuka untuk semua rakyat bisa menjadi penguasa. Siapa saja, dalam mencapainya harus bedasar aturan konstitusi yang berlaku. Untuk negara kita Republik Indonesua, konstitusi itu tak menyimpang Pancasila dan UUD45.
Jadi oligarki bukan demokrasi.
Oligarki, bisa terjadi melalui kong kalikong (bekerjasama dalam kejahatan). Bisa jadi karena “sogokan” (suap). Memang “suap” akan merusak obyektivitas (kejujuran). Ketidakjujuran itu atas motivasi oligarki. Hasil oligarki untuk kebendaan duniawi pribadi-pribadi segelintir orang. Oligarki penguasaan kekuasaan bukan untuk semua rakyat menjadi adil dan makmur (sejahtera).
Demokrasi memang musyawarah mufakat, bisa juga suara terbanyak. Pelaksanaan hasil demokrasi adalah ada kontrol, ada kebebasan berpendapat, tidak mejelekan orang lain, tetap dalam koridor etik-etika (sopan santun) sesuai norma budaya dan norma agama.
Di alam dunia fana (rusak) tidak kekal ini, Mari hidup bersama dalam damai dan harmonis. Semoga kita sehat selalu…aamiin YRA.
(GeSa)