Pelajaran Iman dan Science Isro’ Mi’roj

Apenso.id – Peristiwa isro’ mi’roj pernuh pelajaran keimanan dan ilmu pengetahuan (science). Sebagai orang muslim menyakini (iman) bahwa iso’ mi’roj merupakan perjalanan nabi Muhammad SAW dari Makkah (Masjidil Haram) menuju Masjidil Akso terus menuju Sridotul Mundaha (langit sap tujuh).

Perjalanan isro’ mi’roj ditempuh sekitar sepertiga malam. Sebelum subuh Nabi sudah kembali ke rumahnya.

Nabi Muhammad SAW dalam isro’ mi’roj naik bourok (kilat). Kecepatannya sekilat kecepatan sinar.

Itu sangat mungkin. Seirama perkembangan teknologi. Dulu, naik haji naik kapal laut dan onta. Ditempuh berbulan-bulan. Kini, setelah ditemukan tenologi pesawat terbang. Perjalanan ibadah haji dari Indonesia ke Makkah cukup sekitar 9 jam. Tidak perlu berbulan-bulan.

Sangat mungkin yang akan datang, akan ditemukan suatu alat transportasi memiliki kecepatan kilat/sinar. Jadi teknologi kecapatan alat terbang sekilat sinar, dulu telah dipakai dalam perjalanan isro’ mi’roj. Kita mengimani.

Tentu isro’ mi’roj suatu perjalanan yang menyenangkan. Setidaknya, sebelumnya, shalat wajib sehari semalam wajib dilakukan berpuluh-puluh waktu. Maka, nabi Muhammad SAW mendapat info dari Allah SWT bahwa kaum muslim bershalat wajib cukup 5 waktu (isak, subuh, luhur (dhuhur), ashar, magrib).

Shalat, seharusnya khusuk (fokus). Artinya fokus seorang manusia bertemu Allah SWT dalam sholat. Khusuk hening pada fokus satu titik menghadap kiblat, bertemu Tuhan Yang Maha Esa.

Perlu diketahui bahwa segala amalan yang dilakukan manusia baik atau tidak, utama yang dilihat adalah amalan mengerjakan shalat.

Memang kehidupan ini juga misteri. Kadang di bawah kadang di atas. Penuh suka-duka. Bahkan, Abdul Muntholib paman Nabi Muhammad, yang merawat, sebagai walinya Nabi, orang dekat Nabi. Tak sempat bersyahadat.

Dalam keadaan misteri kehidupan apapun, wajib tetap sabar. Pasrah pada Allah SWT. Manusia tetap berikhtiar, manusia bisa merencanakan, tetapi Tuhan yang menentukan.

Lebih kurang demikian itu, yang dibicarakan dalam acara “halaqah”, daring yang dibina oleh Prof. KH. Abdul Wahid Maktub (Persident University Lecture).

(GeSa)