PENALARAN DEDUKTIF DAN INDUKTIF
Apenso.id // Penalaran deduktif mengacu pada proses menyimpulkan bahwa sesuatu pasti benar karena merupakan kasus khusus dari prinsip umum yang sudah diketahui kebenarannya. Penalaran deduktif adalah proses penalaran dari premis untuk mencapai kesimpulan yang pasti secara logis; penalaran ini valid secara logis dan merupakan metode mendasar di mana fakta-fakta matematika ditunjukkan sebagai kebenaran. Penalaran deduktif memberikan jaminan kebenaran kesimpulan jika premis (asumsi) tersebut benar. Dengan kata lain, dalam argumen deduktif, premis dimaksudkan untuk memberikan dukungan yang kuat terhadap kesimpulan tersebut sehingga, jika premis tersebut benar, maka tidak mungkin kesimpulan tersebut salah. Misalnya, prinsip umum dalam geometri bidang menyatakan bahwa jumlah sudut dalam setiap segitiga adalah 180 derajat, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah sudut dalam segitiga siku-siku sama kaki juga 180 derajat. Contoh lain adalah bahwa kekuatan kolonial secara sistematis menjajah negara-negara dan menindas rakyatnya, maka dapat disimpulkan bahwaKekaisaran Inggris, sebagai negara kolonial besar, juga menjajah negara-negara dan menindas rakyat secara sistematis. Singkatnya, penalaran deduktif mengharuskan seseorang untuk memulai dengan beberapa ide umum, yang disebut premis, dan menerapkannya pada situasi tertentu. Aturan, hukum, teori, dan kebenaran lain yang diterima secara luas digunakan untuk membuktikan bahwa suatu kesimpulan itu benar.
Penalaran induktif adalah proses penalaran bahwa prinsip umum itu benar karena kasus-kasus khusus itu benar. Penalaran induktif membuat generalisasi luas dari pengamatan-pengamatan khusus. Pada dasarnya, ada data, dan kemudian kesimpulan diambil dari data tersebut. Penalaran induktif adalah proses penalaran di mana premis-premis dipandang sebagai penyedia sejumlah bukti untuk kebenaran kesimpulan. Penalaran induktif juga digambarkan sebagai metode di mana pengalaman dan pengamatan seseorang, termasuk apa yang dipelajari dari orang lain, disintesiskan untuk menghasilkan kebenaran umum. Misalnya, jika semua orang yang pernah ditemui dari suatu negara tertentu adalah rasis, maka orang tersebut mungkin menyimpulkan bahwa semua warga negara itu adalah rasis. Penalaran induktif tidak valid secara logis. Hanya karena semua orang yang kebetulan ditemui dari suatu negara adalah rasis, bukan berarti semua orang dari negara itu adalah rasis. Oleh karena itu, bentuk penalaran ini tidak memiliki bagian dalam pembuktian matematis. Bahkan jika semua premis benar dalam suatu pernyataan, penalaran induktif memungkinkan kesimpulannya menjadi salah. Misalnya, tetangga saya adalah seorang kakek. Tetangga saya botak. Karena itu semua kakek botak. Kesimpulannya tidak mengikuti pernyataan tersebut secara logis. Singkatnya, penalaran induktif menggunakan serangkaian pengamatan khusus untuk mencapai kesimpulan menyeluruh. Karena itu beberapa premis tertentu menciptakan pola yang menghasilkan gagasan luas yang mungkin benar.
Penalaran induktif merupakan bagian dari proses penemuan di mana pengamatan kasus-kasus khusus menuntun seseorang untuk menduga dengan sangat kuat (meskipun tidak tahu dengan kepastian logis yang absolut) bahwa beberapa prinsip umum itu benar. Penalaran deduktif, di sisi lain, adalah metode yang akan Anda gunakan untuk menunjukkan dengan kepastian logis bahwa kasus khusus itu benar. Dengan kata lain, penalaran induktif digunakan untuk merumuskan hipotesis dan teori, dan penalaran deduktif digunakan ketika menerapkannya pada situasi-situasi tertentu. Perbedaan antara kedua jenis penalaran tersebut terletak pada hubungan antara premis dan kesimpulan. Jika kebenaran premis secara pasti menetapkan kebenaran kesimpulan (karena definisi, struktur logis, atau kebutuhan matematis), maka itu adalah penalaran deduktif. Jika kebenaran premis tidak secara pasti menetapkan kebenaran kesimpulan tetapi tetap memberikan alasan untuk percaya bahwa kesimpulan itu mungkin benar, maka argumen tersebut bersifat induktif. ***