Pendidikan Pesantren tak hanya Transfer Ilmu tapi Penyucian Jiwa
Apenso.id // Wakil Rais NU Jawa Tengah KH Achmad Chalwani Nawawi menyatakan bahwa pendidikan di pesantren tidak sekadar transfer ilmu, melainkan juga ada proses tazkiyah atau penyucian jiwa. Bentuk tazkiyah itu, seperti mujahadah, tirakat, mengamalkan wirid, kerja bakti, dan lain sebagainya. “Ilmu kalau tak pakai tazkiyah, tidak akan masuk ke hati, cuma singgah di otak saja,” tegas Kiai Chalwani, dalam Khataman Akhirus Sanah ke-44 Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo, Selasa (20/6/2023) malam.
Pendiri Institute Agama Islam An-Nawawi (IAIAN) Purworejo itu pun mengutip ayat Al-Qur’an sebagai dalil, yang terjemahnya: “Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari (kalangan) mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, serta mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunah), meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah: 2).
Kiai Chalwani menjelaskan sebaikbya sebelum mengajar, harus yuzakki, bersihkan hati terlebih dahulu. Dan di pondok pesantren ada mujahadah, manaqaibah, shalawatan, kerja bakti di kediaman kiai, yang merupakan bentuk tazkiyah, supaya hati seorang murid bersih.
“Saya ingat dulu di Lirboyo kadang-kadang kerja bakti, matun (membersihkan rumput liar yang ada di sela-sela batang padi yang sedang tumbuh) di sawah (milik) mbah kiai, berjalan sampai 2 km lebih,” aku anggota DPD RI 2004-2009 itu di depan ribuan santri.
“Itu bentuk tazkiyah. Kalau cari ilmu tanpa tazkiyah, tanpa mujahadah, ilmu tidak masuk ke hati karena hatinya tak bersih. Ilmu cuma singgah di otak, tidak sampai ke hati. Ilmu kalau hanya di otak ya pintar, tapi cuma untuk nguteki (membodohi – red),” tegas Kiai Chalwani.(Vin)