PENGENDALIAN DIRI SAAT KETEMU OPPORTUNITY MUMPUNG
Apenso.id – Dugaan, zaman sulit saat zaman penjajahan. Menurut cerita leluhur “sulit pangan”. Sampai terjadi mengolah ” bonggol” pisang.
Apalagi ceritera kerja “rodi” dan sebagainya. Semua ceritera saat zaman penjajahan serba memprihatinkan. Banyak kelaparan. Dan, asumsi banyak orang meninggal dunia karena kelaparan alias kurang makan (kurang gizi).
Saat ini. Makanan serba ada. Bisa dibilang melimpah. Tidak kesulitan makan. Bahkan ada yang kurang bisa mengendalikan makan. Kelebihan yang dimakan (kelebihan gizi), secara jangka tertentu pun menjadi penyakit ataupun terjadi kematian.
Dugaan kuat. Kekurangan makan akan cepat meninggal. Kelebihan makan pun cepat meninggal. Walau kita yakin bahwa “kematian adalah kehendak Tuhan”.
Nampak jelas pengendalian menjadi penting. Jangan sampai “over“, juga jangan sampai “under“.
Ada hadits yang artinya “makanlah saat lapar, dan berhentilah makan sebelum kenyang”. Jelas itu adalah himbauan tentang “pengendalian diri”.
Bagaimana tentang peluang (opportunity). Perlukah peluang dibentuk karena ada kesempatan “aji mumpung” ? Tentu jawabnya kaitkan dengan sudahkah melakukan “pengendalian diri”.
Peluang (opportunity) tetap memedomi etik (kebaikan) dan etika (melakukan kebaikan). Memberi kebaikan dan berprilaku baik.
Misalkan di banyak kerumunan orang, lalu merunduk dan berkata “permisi”. Itu ber etik dan beretika.
Tetapi, di tengah kerumunan orang, sambil merunduk berkata “permisi” sambil kentut. Jelas itu ber etik tapi tidak beretika. Atau sopan tapi tidak santun.
Barangkali aji mumpung itu merupakan seuatu yang memiliki etik tetapi tidak beretika.
(GeSa)