Pengendalian Diri
Apenso.id – Pengendalian diri. Terdapat keinginan berisiko bila dilakukan, tetapi dikendalikan untuk tak dilakukan.
Menjelekan yang lain, menganggap dirinya yang benar. Jelas itu tak terkendali. Sebab baik benar untuk dirinya belum tentu baik benar untuk orang lain. Jika itu terjadi, akan timbul pemaksaan. Dan, pemaksaan menjadikan orang lain terpaksa, itu malah terjadi tidak baik karena “pemaksaan”.
Menganggap yang dilakukan untuk diri sendiri baik benar. Tetapi tidak harus menuduh orang lain tidak baik dan tidak benar. Diam saja, itu termasuk mengendalikan diri.
Toh…setiap orang menanggung dirinya sendiri. Tak ada orang lain yang bisa menanggung orang lain. Mungkin sekadar saran, itupun bila minta saran pendapat. Atau, agar saran tak terkesan paternalistik, lebih netralnya tukar pendapat pendapat (sharing) saja. Mengapa? Sebab yang bisa menanggung dirinya hanya dirinya dan yang menciptakan dirinya yakni Allah SWT.
Keprucut ngomong (terlanjur bicara) kladuk ngomong (berlebihan bicara). Memang sulit dihapus. Bisanya minta maaf. Itu memang kelemahan atau pengendalian diri masih kurang.
Kalau kita terkena diabetes melitus (gula darah tinggi), maka juga harus mampu mengendalikan diri untuk tidak minum makan yang banyak mengandung manis glokusa. Jelas berisiko.
Apalagi saat usia udzur. Segala makanan yang dimakan harus dipilih dan dibatasi. Agar tak berisiko. Banyak yang beresiko sakit, karena berlebihan makan (nutrisi).
Oleh karena itu, saat berpuasa ada hadist yang artinya “saat berpuasa, tidur adalah emas“. Jelas saat tidur panca indra akan istirahat “tidur”, terhindar keinginan nafsu. Itu termasuk pengendalian diri. Namun tetap ibadah.***
(GeSa)