Ringkasan Buku Menguak Rahasia Cara Belajar Orang Yahudi – Penulis Buku Abdul Waid (5) : Rahasia Pembinaan di Masa Kecil
Oleh : Suryadi
Director of Education Apenso Indonesia
Apenso.id – Sudah diakui oleh para ahli di dunia, kecerdasan orang-orang Yahudi sudah tampak sejak dari usia kecil. Di masa kanak-kanak, perkembangan otak anak-anak Yahudi memang sudah menunjukkan kemampuan luar biasa, jauh di atas anak-anak bangsa lain.
A. Penguasaan Bahasa Sejak Dini
Anak-anak Yahudi sudah diwajibkan menguasai minimal tiga bahasa sejak usia sekolah, yaitu bahasa Inggris, bahasa Arab, dan bahasa Hebrew. Dengan kemampuan tiga bahasa ini, maka anak-anak Yahudi akan leluasa membaca berbagai macam literatur keilmuan minimal dari ketiga bahasa tersebut.
Orang Yahudi menyadari betul, bahwa bahasa adalah kunci dunia. Orang Yahudi memang membanggakan bahasa pribuminya yaitu bahasa Ibrani. Tetapi, orang-orang Yahudi juga menyadari bahwa bahasa Ibrani bukanlah bahasa yang komunikatif. Oleh sebab itu, bagaimanapun caranya, orang-orang Yahudi mentradisikan pada anak-anak mereka untuk menguasai bahasa asing sejak dini.
Dengan pengetahuan bahasa yang dikuasai sejak dini, maka wajar bila orang-orang Yahudi
cepat dan sangat mudah bergaul dengan cepat di berbagai bangsa-bangsa lain.
Sekolah-sekolah Yahudi mewajibkan pembelajaran bahasa asing, yaitu minimal bahasa Arab dan bahasa Inggris, yang dijadikan materi ajar resmi di sekolah. Untuk memenuhi kebutuhan belajar bahasa kedua, siswa Yahudi punya pilihan bahasa Arab atau bahasa lain yang digunakan luas seperti bahasa Rusia, Amharic, atau Perancis. Karena mampu memahami bahasa asing, anak-anak Yahudi juga mampu membaca buku-buku asing yang sangat kaya dengan cakrawala keilmuan.
B. Kewajiban Bermain Musik
Musik yang diwajibkan pada anak-anak Yahudi sejak kecil adalah piano dan biola. Kedua alat musik ini tidak hanya dimainkan oleh anak-anak Yahudi di waktu nonfornal seperti waktu-waktu santai, tetapi juga menjadi tradisi di acara-acara formal seperti acara ulang tahun, upacara kematian, pernikahan dan sebagainya.
Yang sangat menakjubkan adalah ternyata dalam setiap acara-acara formal itu, anak-anaklah yang memainkan musik piano dan biola, bukan orang dewasa.
Lantas, yang menjadi pertanyaan adalah apa maksud orang-orang Yahudi mempertahankan tradisi itu? Jawabannya adalah ternyata bermain piano dan biola sangat berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan otak manusia.Tampaknya, orang-orang Yahudi telah mengetahui sejak lama bahwa bermain musik dan memahami not musik dapat meningkatkan IQ seorang anak.
Namun, tampaknya orang-orang Yahudi juga memilih musik yang pantas untuk dinikmati dan dipelajari oleh anak-anak mereka. Yang paling mereka gemari adalah musik piano dan biola. Sebab, tidak semua lantunan musik berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan otak anak.
Secara teoritis, bangsa Yahudi sudah mengetahui bahwa di otak manusia terdapat reseptor (sinyal penerima) yang bisa mengenali musik. Oleh karena itu, bayi-bayi mereka diwajibkan mengenal musik, karena dalam otak bayi sudah dapat menerima musik tersebut meski dengan kemampuan terbatas sesuai dengan pertumbuhan otaknya yang belum sempurna. Karena terbiasa mendengar musik, pantas saja bila anak-anak Yahudi di usia dini mampu meningkatkan kognisinya secara optimal, meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritualnya, menunjang perkembangan motoriknya, menunjang kemampuan matematika, berbahasa, sekaligus kemampuan sosialnya, dan mampu membangun kepercayaan diri sejak dini, yaitu sejak usia 3, 4, sampai 6 tahun.
C. Pelajaran Wajib.
1.Matematika Berbasis Perniagaan
Bila anda berkunjung ke negara Yahudi, maka anda akan menjumpai anak-anak Yahudi yang duduk di kelas 1 sampai kelas 6 di tingkat sekolah dasar yang dibimbing secara khusus agar menguasai matematika berbasis perniagaan. Orang-orang Yahudi meyakini bahwa bila seorang anak pandai dalam pelajaran matematika berbasis perniagaan, maka dapat dipastikan otaknya akan cerdas dan mudah memahami pelajaran-pelajaran lainnya.
2. Pelajaran IPA
Orang-orang Yahudi juga memprioritaskan pelajaran IPA, karena dianggap sebagai pintu kecerdasan otak anak. Anak-anak Yahudi yang mempelajari IPA tidak hanya berusaha menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip. Namun, lebih dari itu, anak-anak Yahudi yang memprioritaskan pelajaran IPA, sebenarnya juga berusaha melakukan proses penemuan-penemuan baru.
Anak-anak Yahudi belajar IPA dengan diiringi teknik-teknik, seperti eksperimen, eksplorasi dan observasi. Faktor yang juga membuat orang-orang Yahudi cerdas adalah karena mereka belajar IPA dengan cara diskusi, seperti seminar; bedah buku IPA, konferensi atau simposium, studi kepustakaan, mengunjungi objek, penyusunan hilotesis, dan sebagainya. Anak-anak Yahudi yang masih dini sudah dibiasakan dengan kegiatan-kegiatan semacam itu, sehingga bisa memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar objektif.
3. Pelajaran Olahraga
Pelajaran ini juga menjadi kewajiban bagi anak- anak Yahudi dalam rangka menunjang kecerdasan otak mereka.
Para orang tua Yahudi termasuk para guru mengutamakan olahraga memanah, menembak, dan berlari bagi anak-anak mereka. Orang-orang Yahudi meyakini bahwa olahraga memanah, menembak, dan berlari dapat menunjang perkembangan kecerdasan otak anak.
Selain itu, secara filosofi, memanah adalah olahraga yang dapat melindungi diri sendiri, keluarga, dan teman. Oleh karena itu, orang- orang Yahudi juga menjadikan olahraga memanah sebagai bagian dari persiapan untuk membela negara Yahudi.