Ringkasan Buku Menguak Rahasia Cara Belajar Orang Yahudi – Penulis Buku Abdul Waid (8) : Rahasia Prinsip Dalam Belajar
Oleh : Suryadi
Director of Education Apenso Indonesia
Apenso.id – Semakin anda mengetahui berbagai rahasia kecerdasan orang-orang Yahudi, semakin anda memahami bahwa kecerdasan mereka bukanlah mitos atau sekedar takdir Tuhan. Dari beberapa rahasia yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, anda bisa menyimpulkan bahwa mereka cerdas karena dilatarbelakangi oleh faktor-faktor yang sangat ilmiah.
Fakta ilmiah berikutnya yang harus anda ketahui dari rahasia kecerdasan orang-orang Yahudi adalah rahasia prinsip dalam belajar. Hampir semua anak Yahudi memiliki karakter yang sama dalam belajar, baik mulai dari TK, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tingkat atas, hingga pendidikan tinggi. Mereka sangat mementingkan pendidikan. Apapun akan mereka lakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
A. Prinsip Bertanya (Rasa Ingin Tahu)
Ada satu prinsip yang selalu dipegang teguh oleh kalangan Yahudi dalam setiap kegiatan belajar dan mengajar sejak masa lampau hingga kini, yaitu mengajukan beberapa pertanyaan kepada para guru, dosen, maupun teman-teman. Mengajukan banyak pertanyaan merupakan kewajiban bagi para pelajar Yahudi.
Bila kita masuk ke ruang belajar siswa Yahudi, baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA, maka kita akan menjumpai anak-anak Yahudi yang selalu bertanya tentang pelajaran yang diterangkan oleh guru-guru mereka. Begitu pentingnya bertanya bagi kalangan Yahudi, maka di setiap level pendidikan, kegiatan bertanya dijadikan sebagai unsur penilaian prestasi belajar anak. Misalnya, bila ada seorang anak berhasil menjawab semua pertanyaan ujian dengan benar, namun pada kenyataannya ia tidak pernah bertanya saat belajar di kelas, maka nilai ujian anak tersebut masih lebih rendah daripada anak yang sering bertanya di kelas.
Kalangan akademisi Yahudi menganggap bahwa pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa di kelas adalah tanda utama bahwa kegiatan belajar mengajar di dalam kelas itu ada. Jadi, bila di dalam kelas para siswa tidak pernah bertanya tentang pelajaran yang diterangkan oleh guru, maka kegiatan belajar tersebut dianggap tidak ada, walaupun guru tersebut menerangkan materi pelajaran berjam-jam di depan para siswa.
Para guru di sekolah-sekolah Yahudi berpendapat, seorang guru dianggap tidak berfungsi sama sekali di kelas bila para siswa takut untuk berinteraksi dengan gurunya sendiri. Menurut pendapat orang Yahudi, untuk bisa memahami pelajaran dan melancarkan otak, seorang anak harus mengetahui makna. Agar bisa mengetahui makna, maka ia harus mencarinya. Untuk bisa mencari sebuah makna, maka seorang anak harus punya kesempatan untuk membentuk dan mengajukan pertanyaan.
B. Belajar dan Bertanya Tanpa Tekanan
Kalangan akademisi Yahudi berpendapat, penghambat kecerdasan otak manusia adalah karena tidak mau bertanya terhadap segala sesuatu yang tidak dimengerti, sekurang-kurangnya tidak menjadikan bertanya sebagai tradisi.
Penyebab siswa enggan atau takut untuk bertanya adalah adanya tekanan pribadi. Oleh karena itu, dalam aktivitas belajar di kalangan Yahudi tidak pernah muncul tekanan sedikitpun dari guru terhadap murid. Para siswa juga dilarang keras menekan teman-temannya yang lain.
Untuk menghilangkan tekanan ini, maka para guru sangat menghargai pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa, apapun bentuk pertanyaan itu.
C. Prinsip Tidak Ada Kata Mutlak
Dalam belajar, orang-orang Yahudi mempunyai prinsip belajar selamanya, tapi jangan pernah terima sesuatu sebagai hal yang mutlak. Dengan prinsip ini, pantas bila kita melihat orang-orang Yahudi yang tidak pernah menyerah, berusaha keras, tidak pernah bosan meneliti, selalu melakukan eksperimen, dan selalu mencari sesuatu yang belum diketahui, sekalipun itu mustahil menurut penilaian banyak orang.
Bagi kalangan Yahudi, ilmu pengetahuan hasil penemuan dan penalaran otak manusia tidaklah mutlak. Mengenai ilmu pengetahuan, orang-orang Yahudi membaginya menjadi dua, yaitu kebenaran mutlak dan kebenaran ilmiah.
Sejak usia dini, anak-anak Yahudi tidak pernah menjadikan pelajaran yang didapat dari guru, teman, atau orang tua, sebagai suatu hal yang mutlak. Selama itu masih berasal dari manusia, maka hal itu diyakini sebagai sesuatu yang bersifat relatif.
Karena prinsip orang-orang Yahudi yang menganggap tidak ada kata mutlak, maka otak mereka akan terangsang untuk berpikir dan memacu kecerdasan intelektual.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah kecerdasan orang-orang Yahudi bukanlah mitos atau semata-mata karena takdir Tuhan. Kecerdasan diatas rata-rata orang di dunia, serta produk- produk kecerdasan Yahudi seperti Google, Nokia, Facebook, senjata nuklir dan masih banyak lagi, tidak muncul tanpa sebab ilmiah. Kaum Yahudi memiliki kebiasaan unik dan cerdas yang melogiskan alasan mengapa mereka memiliki otak di atas rata-rata manusia di dunia.
Karena itu, pada hakekatnya, golongan apapun bisa menyaingi orang-orang Yahudi bila mereka mengetahui rahasia ilmiah dibalik kecerdasan itu, serta mempraktekkan di alam nyata. Pelajaran yang dapat dipetik dari orang-orang Yahudi adalah tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Apapun bentuk ambisi, keinginan, cita-cita dan angan-angan, bila itu diperjuangkan dengan metode-metode ilmiah sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi, maka hal itu pasti dapat diraih.