SEIMBANG USIA DAN “AKU” – PROSES DEWASA

Oleh: Gempur Santoso

Apenso.id – Mencari “pengakuan” itu asal kata dari kata “aku”. Termasuk saat murid mencari perhatian dari guru, itu tak lain dan tak bukan mencari “pengakuan” dari guru. Kadang mencari “pengakuan” berupa sensasi agar banyak yang memperhatikan.

Dari segi psikologis, sifat “aku” sebagai bentuk masih dalam anak-anak atau sifat kekanak-kanakan. Sifat kekanak-kanakan merupakan sifat yang belum dewasa.

Sifat dewasa biasanya ada pada orang dewasa, memiliki sifat tanggungjawab atas tanggungan, job, ataupun hidupnya dan yang dihidupinya serta kehidupannya. Bisa jadi usia dewasa masih kedewasaannya ketinggalan yakni masih sensasi mencari “akunya” atau mencari “pengakuan”.

Banyak terjadi sifat kekanak-kanakan (sifat mencari pengakuan) terjadi pada orang usia dewasa. Katakan pemimpin “mengada-ada” tak ada gunanya tak ada fungsinya. Tetapi hanyalah “sensasi” agar anak buah menuruti. Bila anak buah menuruti hanyalah sensasi untuk mendapat pengakuan alias “aku”. Bukan atas dasar fungsi tanggungjawab yang berguna.

Pembenaran fungsi, hanyalah sensasi mengada-ada. Timbullah efek otoriter, yang membuat kegelisahan orang lain. Tidak membuat nyaman. Padahal itu hanyalah sensasi mencari “pengakuan” semata, yang berdampak kurang baik.

Yang baik yang bagaimana? Untuk kedewasaan, tentu harus tanggungjawab atas tugas hidup. Dan, seimbang antara usia dengan sifat “aku”. Semakin dewasa akan semakin tidak mencari “aku”. Karena, telah menemukan dan memiliki jatidiri.

Semoga kita usia dewasa dalam kedewasaan yakni ternyata harus sabar, ikhlas, mampu mengendalikan diri. Dan semoga sehat lahir batin…. Aamiin YRA.***

(GeSa)