TENAGA KERJA/MASYARAKAT BEBASKAN DARI BAHAN KIMIA BERBAHAYA
Oleh: Gempur Santoso
Gebes Ergonomi & Keselamatan Kesehatan Kerja, Teknik Industri, Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
Bahan kimia berbahaya itu bisa berakibat kebakaran ataupun meledak dan juga bisa keracunan mengganggu kesehatan manusia. Semua itu akan terjadi tergantung luas paparan dan dosis keracunannya.
Khususnya bahan beracun (toksik). Bahan toksik masuk ke dalam tubuh bisa karena termakan, terhirup, dan bersinggungan dengan kulit tubuh.
Di alam perkotaan ini seakan tak terhindar dari bahan berbahaya beracun itu. Walau paparan bahan beracun itu tidak membuat orang langsung wafat.
Tetapi dalam jangka panjang (long term) akan mengakibatkan sakit. Bahkan pada usia manusia tampaknya tidak panjang. Walau kita yakin “mati, rejeki, dan jodoh” adalah hak Yang Maha Kuasa.
Makanan ataupun minuman yang mengandung bahan kimia pengawet, borak, pewarna kimiawi, itu termasuk beracun. Walau dosis bahan pengawet itu masih dalam lethal dosis yang diperkenankan. Tetapi lambat laun yang lama terjadi akumulasi yang dapat membuat penyakit pada target organ tertentu.
Semua makanan dan minuman akan masuk ke lambung. Jika mengandung toksik kimiawi terakumulusi lambat laun bisa akan mengakibatkan iritasi mokusal lambung. Atau sakit lambung.
Sebaiknya memang memakan dari makanan alamiah. Termasuk alat-alat memasak yang alamiah. Akan tidak terjadi bahan kimiawi masuk tubuh, yang akan merusak pada target organ tertentu.
Makanan atau minuman yang dicampur bahan kimia pengawet atau pewarna atau lainnya. Tujuan makanan awet dan menarik, justru bahan kimiawi itu yang termakan, menjadi kontributor secara tak langsung orang lain menjadi sakit atau berumur pendek/meninggal dunia.
Selain itu, di perkotaan utamanya, manusia di dalamnya terpapar gas buang. Gas buang CO, CO2 dan lainnya berasal dari kendaraan bermotor ataupun cerobong asap pabrik.
Gas buang itu merupakan zat toksik. Apabila terhirup bahan toksik itu, secara long term akan menuju target organ dan mengakibatkan timbulnya penyakit.
Begitu pula, terjadi bersinggungan kulit dangan bahan toksik. Maka, bahan bercun itu akan masuk melalui volikel pori-pori kulit. Terus ke pembuluh darah kulit. Dan, masuk ke darah tubuh, beredar dalam darah tubuh bercampur bahan beracun itu.
Tenaga kerja harus terbebas diri lingkungan yang bercun kimiawi itu. Juga, lingkungan di masyarakat. Selain itu, manusia juga harus terbebas dari lingkungan biologis dan fisik yang membuat sakit.
Kita tahu bahwa alat dan lingkungan berpengaruh pada manusia/tenaga kerja. Lingkungan sehat, maka manusianya akan sehat. Juga performen orang kerja, bentuknya sesuai alat yang digunakan.
Semoga kita sehat lahir batin… Aamiin YRA.
(GeSa)