TUGAS AKHIR CALON SARJANA CALON ILMUWAN SEHARUSNYA ILMIAH

Oleh: Gempur Santoso

(Dosen UMAHA Sidoarjo)

Apenso.id – Jelas beda membuat kursi dengan meneliti tentang kursi. Jelas beda prototype kursi berdasar hasil meneliti dengan prototype kursi berdasar wacana.

Wacana walau masuk akal belum tentu benar.

Kursi besi, tukang las bisa membuatnya. Kursi kayu, tukang kayu bisa membuatnya. Membuat prototype dan ukurannya tukang gambar teknik, tentu bisa.

Kalau meneliti tentang kursi, haruslah memenuhi kaidah keilmuan. Sesuai metodologi penelitian.

Kaidah keilmuan, harus memenuhi tiga syarat, yakni: masuk akal (nalar), metodis, dan empiris nyata. Tentu diawali degan masalah (kesenjangan). Bila tak ada masalah, buat apa diteliti.

Masuk akal artinya sesuai beberapa kebenaran di planet bumi ini yang sebelumnya sudah ditemukan (sudah terungkap).

Empiris hasil penelitian adalah kejadian/wujud yang bukan kebetulan. Tetapi terjadi/wujud yang ajek.

Metodis artinya cara sesuai metodogi penelitian. Diawali research design (rancangan penelitian), obyek jelas, variabel dan definisi operasionalnya jelas, populasi sampel yang terukur, cara ambil data yang obyektif, dan cara analisis sesuai jenis datanya.

Bisa jadi prototype dibuat berdasarkan hasil penelitian. Bila ini ditempuh, tentu membuat skripsi (karya ilmiah) semakin lama.

Juga, bisa jadi prototype dibuat bukan berdasar hasil penelitian. Prototype hanya berdasar wacana saja. Tentu prototype itu dibuat cepat dan belum tentu benar.

Tugas akhir mahasiswa harus ilmiah. Sebagaimana bahwa mahasiswa calon sarjana calon ilmuwan. Ilmuwan harus berilmu dan bisa membuat ilmu secara metodologi (metodo=metode= cara; logi= logos= ilmu). Bukan sekadar “tukang” atau “buruh”.

Bagaimana dengan proyek? Betapa besar biaya proyek? Pun proyek juga terapan hasil penelitian. Jika harus proyek, tentu akan biaya besar dan menjadi lama. Proyek tanpa terapan hasil penelitian/keilmuan, menjadi tak menentu kebenaran hasilnya. Jangan sampai proyek asal jadi.

(GeSa)